Senin, 16 Januari 2012

Super Junior FanFiction [SooMi Couple] : She Just Love Him (New Version)

Author          : Vinn Li Britannia
Tittle             : She Just Love Him  (New Version)
Genre           : Romance, angst
Rating           : PG-15 (maybe)
Length          : Chaptered
Disclaimer    : Park Jung Soo hanya milik Tuhan, keluarganya, ANGELS dan E.L.F . Tapi hatinya hanya milikku seorang :-P #Digebukin E.L.F rame-rame
Main Cast      : - Leeteuk  SUPER JUNIOR  as Park Jung Soo
                         - Me as Choi Sang Mi
                         - Heechul SUPER JUNIOR as Kim Hee Chul


A/N                : Ini adalah FF yang sudah pernah kuposting sebelumnya. Tapi dalam FF She Just Love Him (New Version) ini, akan ada sedikit perbedaan dalam pemilihan castnya. Cerita dan masalah yang dihadapi setiap cast dalam FF She Just Love Him (New Version) ini lebih mendalam dan lebih kompleks dari FF She Just Love Him sebelumnya. Semoga readers suka..^^
Oke dehhh..
Happy rading....





               Suatu kebanggaan tersendiri bagiku apabila bisa mengorbankan segala yang kumiliki untuk seseorang yang sangat kucintai. Seseorang yang mampu membuatku serasa tak sadarkan diri walau hanya dengan melihat seulas senyum yang tersimpul di bibir mungilnya, seseorang yang mampu membuatku terbang walau hanya dengan satu sentuhan dari jemari lentiknya, seseorang yang hampir membuat jantungku melompat dari tempatnya saat ia menatapku, seseorang yang mampu membuatku tertawa lepas walau hanya dengan sedikit candaan manjanya, seseorang yang mampu membuatku lupa untuk menarik napas  walau hanya dengan satu ungkapan perasaan cintanya, seseorang yang membuatku merasa jauh lebih kesakitan dari apa yang dia rasakan saat dia tersakiti, dan seseorang yang mampu membuatku rela mengorbankan segalanya sekalipun saat itu hanya nyawa satu-satunya harta yang kumiliki...


             Hari ini, seperti aktivitas-aktivitasku sebelumnya selama lima tahun ini, aku  melaksanakan tugasku sebagai pelayan pribadi putri tunggal keluarga Choi, pemilik utama perusahaan Hyundae Departemen Store. Saat juru masak telah selesai menyajikan hidangan sarapan di ruang makan yang berukuran tiga kali lebih besar dari rumah mungilku, itulah saatnya aku mulai melaksanakan tugasku untuk memanggil Nona Choi Sang Mi yang masih berada di kamarnya.Ya,ini adalah salah satu tugasku sebagai pelayan pribadinya.
“Nona, sarapan telah siap!”. Seruku dari balik pintu kamarnya.
Tak lama kemudian,gagang pintu kamar itu bergerak. Seorang yeoja cantik,bahkan kata-kata cantik pun tak cukup untuk menggambarkan kecantikannya,yang tak lain adalah Choi Sang Mi menyembulkan kepalanya dari balik pintu.
“Jung Soo oppa~ sudah ku bilang berulang kali kan… Oppa jangan memanggilku seformal itu.. cukup panggil aku Sang Mi saja. Tidak usah memakai embel-embel Nona. Aarrachi?” Rengek gadis itu manja.
“Oh.Eh.. Ne..” Jawabku kikuk.
  “Tapi.. Sang Mi ah… Aku merasa tidak enak. Jika Tuan Choi mendengarnya, aku….
PSSSSSST
Sang Mi meletakkan telunjuk jarinya di depan bibirku sebelum aku melanjutkan ucapanku.
“Oppa cerewet. Sudahlah.. oppa tak perlu khawatirkan itu. Appa pasti mengerti kok. Lagi pula Oppa kan sudah seperti bagian dari keluarga ini, jadi apa salahnya?” Katanya meyakinkanku.
“Ne,arraseo arraseo!” Aku megacak rambutnya.
“Awas yaaah.. Kalau Oppa mengulanginya lagi.. nanti… akan kugelitiki seperti ini..!”.Gertaknya sembari menggelitiki perutku dan pinggangku.
 “Ahhahahha… aduuuh… Sang Mi ah!Sudah dooonk… Hey! Ahahhahaha. Geli.. sudah..”
Aiissssh… gadis ini nakal sekali,ia memang selalu sukses membuatku tertawa lepas.
Aku tak mampu mengontrol tawaku sendiri,karena Sang Mi tak henti-hentinya menggelitiki perutku. Ketika hendak melepaskan diri dari gelitikan Sang Mi,tiba-tiba aku malah tak mampu menjaga keseimbangan tubuhku.

BRRUUUKK

Seketika itu aku terjatuh. Sementara Sang Mi yang kaki kirinya tersangkut pada kaki kananku pun ikut tejatuh menubruk tubuhku. Tawa kami tiba-tiba terhenti,dan suasana kini berubah menjadi hening. Kami berdua hanya saling menatap dalam diam dengan bergumul pada pikiran masing-masing. Hembus harum nafas Sang Mi yang wajahnya hanya berjarak sekitar 10 cm dari wajahku dapat dengan jelas kurasakan. Membuat aliran darahku berdesir lebih cepat dari basanya. Semburat merah nampak di wajahnya saat tanpa sadar aku menatap tepat di manik matanya dalam jarak sedekat ini.
“Sang Mi ah! Ayo sarapan dulu..Ppali!Nanti kau bias terlambat ke kampus!!!”
Suara Tuan Choi dari lantai bawah berhasil mebuat kami terkejut. Hingga membuat kami berdua refleks memperbaiki posisi kami.
“Ahh,itu Appa sudah memanggilku. Oppa,aku duluan yaah. Annyeong~”  Sang Mi beranjak pergi menemui Appanya sambil melambai kecil ke arahku. Sembari melangkah, sesekali ia menengok ke belakang, melihatku sekilas, lalu tersenyum.
“Sa. Sang Mi ah..”Seruku yang membuat langkahnya terhenti.
“Nde?”
“Mi. Mianhae..” Sesalku yang sudah lancang menatapnya seperti itu.
“Ah,gwaenchana Oppa..”. Seulas senyum terukir manis di bibir mungilnya, menandakan ia tak marah atas perlakuanku tadi. Dan itu membuatku merasa lega.

***************
              Aku telah berada di pelataran parkir depan gedung perguruan tinggi tempat dimana Sang Mi kuliah saat ia memanggil dan berlari kecil menghampiriku.
“Oppa sudah lama menungguku?” Tanyanya yang terengah-engah karena habis berlari.
“Aniya. Tapi kenapa kau berlari-lari seperti itu? Bagaimana kalau kau terjatuh?”
“Aigoo... oppa mengkhawatirkanku ya?” Dia balik bertanya.
“Bukan begitu, kalau kau terjatuh, oppa juga kan yang akan repot? Bisa-bisa oppa dimarahi Tuan Choi nanti gara-gara putri kesayangannya terluka karena aku tidak bisa menjaganya dengan baik.”
“Aigoo.. dasar oppa jelek!” Gerutunya dengan wajah merengut.
“Ahahaha, kau marah Nona?” Godaku
“Aku benci oppa!” Rutuknya
“Hehe, iya. Mian mian.. Oppa kan hanya bercanda. Ya sudah, ayo kita pulang. Terlalu lama di sini nanti kau bisa kedinginan..”
“Tidak mau!”
“Lho, kenapa tidak mau?”
“Aku tidak mau pulang kalau oppa tidak mengajakku dulu ke taman hiburan. Bagaimanapun juga oppa harus membayarnya dengan itu! Oppa kan sudah membuatku marah!” Ancamnya.
“Hemm.. ya sudah, ayo kita ke taman hiburan. Tapi setelah itu kau janji yah harus mau pulang!”
“Ne, aku janji!” Ujarnya sumringah dibarengi mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf  V.
“Huff, dasar Tuan Putri manja” Aku menyentil keningnya pelan.
“Yak Oppa! Sakit tau!!”
Aku hanya meliriknya sekilas lalu menunjukkan senyum jahilku.

***************
               Setelah menaiki semua wahana menantang di taman hiburan yang kami kunjungi, Sang Mi terlihat begitu kelelahan. Ia mengeluh lapar dan ingin makan di kedai ramen yang pernah kami kunjungi dekat rumahku di Yeonshinnae. Sangat jauh memang, tapi apa boleh buat. Aku hanya bisa menuruti kemauannya yang sedari tadi merengek padaku untuk membawanya ke sana. Memang kekanakan, tapi itulah salah satu hal yang membuatku lambat laun mulai tertarik padanya.
               Sesampainya di kedai ramen itu, Sang Mi langsung memesan 2 porsi ramen pedas untukku dan untuk dirinya sendiri yang disajikan langsung pada panci. Sang Mi tidak perlu menanyakan padaku ingin memesan ramen yang pedas atau tidak, karena Sang Mi sendiri sudah tahu selera kami meman sama.
Sebenarnya kedai ini menyajikan 1 porsi ramen dengan mangkuk, bukannya dengan panci seperti yang Sang Mi inginkan. Menurutnya, ramen yang langsung dimakan dari panci rasanya lebih nikmat daripada yang disajikan di mangkuk.Itulah sebabnya ia lebih suka makan ramen yang langsung disajikan di panci. Tuan Putri satu ini ada-ada saja kemauannya.
Begitu pelayan kedai datang membawa dua porsi ramen ke meja kami, Sang Mi langsung menyambar satu porsi ramen miliknya dan langsung menyantapnya dengan antusias.
“Oppa, ramennya enak sekali. Kenapa oppa tidak makan? Ayo makan selagi masih hangat” Tanyanya dengan mulut penuh ramen yang belum selesai ia kunyah.
“Nanti saja, sekarang aku sedang ingin menonton tuan puteri yang ada di hadapanku makan dengan lahap.” Kuabaikan ramen pedas milikku sementara kulipat kedua tanganku di atas meja makan sembari menatap wajah Sang Mi yang kini bersemu merah semerah tomat masak.
“Yak oppa! Jangan menatapku seperti itu, aku jadi tidak bisa berkonsentrasi untuk memakan ramenku!” Tukasnya salah tingkah.
“Ahahahaha. Rupanya kau gugup yah jika kutatap?”
“Aniya! Siapa bilang? Oppa saja yang terlalalu percaya dirI!” Elak Sang Mi yang mengerucutkssn bibirnya dan membuang muka.
“Barusan kan aku yang bilang!” Godaku lagi. Aku menjulurkan lidahku.
“Ya Tuhan.. kenapa kau menciptakan makhluk semenyebalkan Jung Soo oppa?” Gerutunya pada diri sendiri dengan maksud menyindir.
“Aku sudah tahu kelemahanmu, hehe”
“Kelemahan apa?” Selidiknya.
“Choi Sang Mi akan merasa gugup jika ditatap namja tampan bernama Park Jung Soo”
“Cih~ Yak oppa! Kau terlalu percaya diri!”
“Ooow.. itu takdir”
PLETAAKK
Tiba-tiba Sang Mi menjitak kepalaku karena kekesalannya.
“Aigoo~ sakit Sang Mi ah!”
“Satu sama. Ahahahahahahha” Sang Mi tertawa puas karena keberhasilannya membalasku.

***************
               “Oppa, aku lelah. Ayo gendong aku...”
“Sudah makan ramen sebanyak itu kau masih lelah juga?”
Sang Mi mengerutkan kening, “Apa hubungannya lelah dengan makan ramen?” tanyanya balik.
“Kau kan sudah makan, jadi setidaknya kan energimu sudah  terisi kembali, masa lelah terus?”
Sang Mi mengerucutkan bibirnya lalu melengos pergi mendahuluiku. Jalannya cepat sekali. Mau kemana dia? Aisshhh.. lama-lama gadis ini merepotkan juga. Aku mengejarnya sekalian dengan mengendarai mobi.
“Sang Mi ah, kau mau kemana? Kau mau pulang naik apa? Ayo cepat masuk ke mobil, ini sudah malam...” Aku memelankan laju mobil menyeimbangkan degan langkahnya.
“Tidak mau! Aku mau pulang naik bus saja! Oppa pulang sendiri saja sana!” Sang Mi nyaris berteriak saat mengatakannya.
Munkin sebaiknya aku mengalah saja daripada puteri semata wayang kesayangan Tuan Choi itu benar-menar marah dan tidak mau pulang.
Aku menghentikan mobil lalu turun menghampirinya. Sang Mi masih tampak bersungut-sungut saat aku berdiri di hadapannya, namun mulai melunak saat aku membalikkan badan lalu berjongkok di depannya.
“Ayo naik...”
Sang Mi naik ke punggungku dan mengalungkan kedua lengannya ke leherku tanpa bersuara, aku bangkit lalu berjalan menuju pantai yang tak jauh dari kedai sambil menggedongnya, Sang Mi menyandarkan kepalanya di punggungku. Lumayan lama kami terjebak dalam suasana canggung dan saling diam, sampai akhirnya aku sendiri yang membuka pembicaraan.
“Sang Mi ah, kapan kau akan bersikap lebih dewasa lagi humm?” Tanyaku lembut bermaksud mengingatkannya.
“Aku sudah dewasa Oppa..” Tukasnya
“Baiklah.. kau memang sudah dewasa.. tapi kalau kau sudah dewasa, kenapa masih suka uring-uringan seperti tadi?”
Sang Mi menghela napas “Aku memang masih suka bersikap kekanakan Oppa, mianhae.. setiap hari aku selalu menyusahkanmu..” Sesalnya.
“Eh.. bu. Bukan begitu maksudku.. maksudku kau hanya perlu bersikap sedik lebih dewasa saja..”
“Ne oppa, arraseo arraseo”
“Gadis pintar”
Sang Mi terkikik kecil mendengar ucapanku.
“Oppa, apa oppa sudah punya pacar?” Tanya Sang Mi di belakang telingaku nyaris seperti berbisik dan malu-malu.
“Nde? Pacar?Haha kenapa kau menanyakan hal itu?”
“Hanya ingin tahu saja”
“Bagaimana aku bisa punya pacar kalau setiap detik kuhabiskan waktu bersamamu Sang Mi ah?”
“Kalau begitu aku akan memberi oppa bonus waktu untuk berjalan-jalan agar oppa bisa menemukan gadis yang oppa suka”
“Tidak mau!”
“Kenapa?” Terdengar ada perasaan kecewa dalam nada bicaranya
“Karena gadis yang aku sukai selalu bersamaku setiap hari” Eh, berani sekali aku berkata seperti itu pada Sang Mi. Ah Pabo! Kuharap Sang Mi tidak mendengar ucapanku tadi.
“Maksud oppa?” Sial, ternyata Sang Mi mendengarnya.
“A a ani.. aku tidak mengatakan apapun” Dustaku.
“Yak oppa! Aku tidak tuli!”
“Ah, sudahlah lupakan saja. Itu tidak penting kok. Sudah malam, ayo pulang” Ajakku dengan maksud mengalihkan pembicaraan.
Untungnya Sang Mi menurut saja saat aku membawanya kembali ke mobil.

**************
               Wajah Sang Mi terlihat begitu polos dan damai saat ia sedang teridur seperti ini. Ia tertidur di sepanjang perjalanan dari Yeonshinnae ke Seoul. Mungkin karena ia terlalu lelah menghabiskan sepanjang hari ini bersamaku. Sang Mi belum juga terbangun saat mobil yang kukemudikan sudah kuparkirkan di depan rumah megah keluarga Choi. Sepertinya aku tak kan tega membangunkan Sang Mi yang tidur pulas seperti ini. Aku pun menggendongnya masuk ke dalam rumah dengan sangat hati-hati agar ia tidak terbangun. Saat memasuki ruang tengah, Tuan Choi yang sedang duduk di sofa putih di ruang keluarga segera bangkit dari duduknya saat ia melihat kami memasuki ruangan. Ia menatapku kecut, dagunya mengeras saat bertanya padaku, “Park Jung Soo ssi, kemana saja kau seharian ini bersama puteriku?” Tanyanya dengan suara sedingin es, tak lagi ramah seperti biasanya. Selama ini Tuan Choi memang selalu bersikap baik padaku, kecuali kalau menyangkut hubunganku yang terlalu dekat dengan puteri kesayangannya. Ia tak akan pernah bisa mentolerir hal itu.
“Jeongmal jeosonghamnida. Tadi siang, setelah pulang kuliah, Nona Sang Mi meminta saya untuk menemanainya pergi ke taman hiburan, setelah itu ke kedai ramen di Yeonshinnae. Saya sudah bersikeras menolaknya, tapi  Nona tetap memaksa. Jadi..”
“Ya sudah, sekarang kemarikan puteriku, biar aku sendiri yang akan membawa Sang Mi ke kamarnya” Nada bicara Tuan Choi masih saja sedingin es. Bibir Tuan Choi terkatup rapat, “Kuingatkan kau sekali lagi. Jagalah jarak antara hubunganmu dengan Sang Mi puteri tunggalku! Kupikir kau tentu mengerti apa alasanku berkata demikian”. Aku membungkuk pada Tuan Choi sebagai tanda permintaan maaf dan rasa hormatku saat ia yang kini menggendong Sang Mi mulai melangkah meninggalkanku dalam amarahnya yang terpendam.
Aku pun meninggalkan ruangan yang pula telah ditinggalkan Tuan Choi. Ruangan yang membisu mendengarkan pembicaraan kami. Pembicaraan yang agaknya seperti ribuan jarum yang menghujani tubuhku. Seperti diperintah untuk meninggalkan ragaku sendiri dalam keadaan jiwa yang tercabik-cabik. Begitu sakit, begitu sulit.

***************
               Tiga tahun berlalu begitu  cepat, Sang Mi pun tumbuh menjadi gadis yang semakin dewasa. Walau tak mampu menghilangkan sikap manja yang sudah khas menjadi kepribadiannya, ia tak lagi suka bersikap kekanakan seperti dulu. Satu hal yang tak dapat kupungkiri, Sang Mi kini telah menjelma menjadi sesosok gadis cantik yang semakin rupawan dari hari ke hari dan begitu sempurna di mataku. Membuatku semakin sulit untuk melepasnya. Eh, melepasnya? Pantaskah aku menggunakan istilah itu? Memang siapa aku? ’Cih, kau bagaikan pungguk merindukan bulan’ Rutukku dalam hati pada diriku sendiri.
 “Sumpah, aku tegang sekali oppa..” Keluh Sang Mi yang hari ini akan melaksanakan sidang terakhir wisudanya.
“Kau harus rileks Sang Mi ah, dengan begitu kau akan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dari dosen pengujimu.”
Wajah Sang Mi berubah menjadi semakin tegang saat telah keluar dari mobil untuk menuju gedung tempat persidangan.
“Oppa, kumohon antarkan aku sampai ke depan gedung,setidaknya itu bisa sedikit lebih tenang”  Sang Mi menautkan jari jemarinya yang dingin karena gugup ke jemariku.
“Baiklah, aku juga akan menunggumu sampai acara sidang wisuda terakhirmu selesai. Eotte?” Aku menarik kedua sudut bibirku, menampilkan senyuman sebaik mungkin untuk memberinya sedikit semangat.
“Jinchayo?”
“Ne, jincha”
Sang Mi tersenyum, dengan senyum khas yang dihiasi satu lesung pipi di pipi kirinya yang sangat kusukai. Aku mengantarkannya sampai ke ambang pintu.
“Sekarang masuklah. Jangan lupa berdo’a” Kataku saat kami telah berada di ambang pintu gedung.
“Ne, gomawoyo oppa..”
“Ne, FIGHTING Sang Mi ah!”
“Hmm, FIGHTING!”
             
               Sudah hampir sekitar satu jam aku menunggu Sang Mi. Bagi sebagian orang, menunggu merupakan suatu hal yang paling membosankan. Tapi itu tidak berlaku bagiku, menunggu akan terasa menyenangkan selama hal menunggu itu kudedikasikan untuk Choi Sang Mi. Haha ini memang konyol.
Kini tibalah giliran Sang Mi untuk dipersidangkan hasil skripsinya, aku yang berdiri menunggunya di dekat pintu pun berusaha untuk bisa melihat Sang Mi walaupun hanya dari kejauhan. Sesekali Sang Mi melirik ke arah pintu,  mungkinkah untuk melihatku? Aigoo. Yak Park Jung Soo pabo! Kau terlalu banyak bermimpi! Kadang aku pun merasa kesal karena tak mampu mengendalikan perasaanku sendiri, dan perasaan kagumku pada Sang Mi nyatanya semakin hari semakin melebihi batas dari sekedar kagum, kurasa aku mulai menyukainya, bahkan menyayanginya. Dan perasaan seperti itu benar-benar menyiksaku jika mengingat siapa aku dan siapa Choi Sang Mi. Apalagi jika mengingat Tuan Choi yang tempo hari mewanti-wantiku agar perlahan menjauhi puterinya. Semua ini benar-benar seperti akan membunuhku.

               Satu jam berikutnya telah berlalu, seorang gadis berlari dari dalam gedung dan langsung menghambur memelukku. Choi Sang Mi, dia meluapkan perasaan bahagia karena keberhasilannya hari ini bisa melalui sidang dengan lancar.
“Chukkae Sang Mi ah” Bisikku di telinganya. Ia masih memelukku, aku yang semula bingung hendak melakukan apa akhirnya balas memeluknya, membelai rambut panjangnya yang sedikit ikal dan sewarna perunggu.
“Oppa, ini semua juga berkat kau. Terimakasih sudah menungguku hingga selama ini”
“Cheonma, itu sudah kewajibanku”  Sang Mi mengeratkan pelukannya.

***************

               Hari ini adalah hari kelulusan Sang Mi, dia bersama Tuan dan Nyonya Choi begitu bahagia karenanya. Dengan begitu, selesai pula tugasku menjaga Sang Mi. Sesuai perjanjian rahasiaku dengan Tuan Choi, setelah Sang Mi lulus, aku harus segera meninggalkan pekerjaan ini. Dalam arti lain, aku harus segera menjauh dari kehidupan Choi Sang Mi, puteri kesayangannya yang tak kan ia relakan jika sampai menjalin suatu hubungan yang khusus denganku. Yah, apalah artinya seorang Park Jung Soo yang hanya seorang pelayan pribadi dibandikan dengan Choi Sang Mi, putri tunggal dari pemilik utama perusahaan Hyundae Departemen Store.
Untuk merayakan kelulusan puterinya, Tuan Choi mengadakan acara makan malam keluarga di restoran mewah miliknya. Semula Sang Mi memang sempat mengajak dan memaksaku untuk turut serta bersama mereka, namun aku cukup tahu diri mengenai hal itu. Sang Mi begitu kecewa karena ajakannya kutolak, namun aku tak ingin memperkeruh keadaan dengan hadirnya aku di tengah-tengah keluarga Tuan Choi yang rata-rata adalah seorang petinggi perusahaan. Lagipula, malam ini juga aku memang sudah harus pergi dari rumah Tuan Choi, rumah yang selama 9 tahun ini membawa begitu banyak kenangan antara aku dan Sang Mi. Tanpa sepengetahuan Choi Sang Mi tentunya.

Choi Sang Mi POV

               Hampa, seperti ada sesuatu yang hilang jika ia tak bersamaku. Park Jung Soo, Jung Soo oppa, mungkinkah aku sudah terlanjur terbiasa bersamanya dan selalu menggantungkan diriku padanya sehingga menjadi seperti ini? Atau.. mungkinkah kini aku mulai menyukainya? Entahlah.
Acara makan malam keluarga kali ini terasa benar-benar hambar dan memuakkan, bukannya memperbincangkan bagaimana kerja kerasku untuk lulus dari perguruan tinggi pilihan, mereka semua malah memperbincangkan masalah-masalah bisnis, bisnis, dan bisnis. Begitu egois, tak ada yang mengerti aku sama sekali. Dan lagi, Appa. Baru saja aku lulus dari perguruan tinggi, Appa sudah membicarakan rencana perjodohanku dengan salah satu putera dari rekan bisnisnya. Aissshh.. perjodohan sepihak? Apa-apaan ini?
“Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya, mohon perhatiannya sebentar” Sela Appa di tengah-tengah perbincangan para tamu.
Semua tamu pun menghentikan perbincangan mereka, dan memusatkan perhatian mereka pada Appa yang kini telah berdiri di hadapan semua tamu. Apa yang akan Appa umumkan? Kuharap bukan masalah perjodohan itu. Andwae! Ini semua tidak boleh terjadi.
“Malam ini adalah malam yang sangat membahagiakan bagi keluarga kami. Karena bertepatan dengan hari kelulusan puteri kami, saat ini telah hadir seseorang yang akan segera menjadi bagian dari keluarga kami. Kim Heechul ssi, kemarilah”
Apa yang telah Appa lakukan? Melakukan perjodohan tanpa pemberitahuan apapun padaku sebelumnya? Tidakkah Appa memikirkan bagaimana persaanku? Ya Tuhan.. aku harus bagaimana?
Seorang namja bertubuh tinggi kekar semampai melangkah menghampiri Appa. Wajahnya tak ramah sama sekali, seperti tersimpan aura kebencian terhadap dunia dari sorot matanya. Sepertinya bukan tipe orang yang penuh kasih sayang. Andwae andwae! Dengan orang seperti itukah aku akan menikah? Kesan pertama saja sudah seburuk itu, bagaimana nantinya?
Ia memperkenalkan diri. Ternyata benar, dia Kim Heechul. Namja yang akan Appa jodohkan denganku. Putera dari tuan Kim, pemilik perusaan Daehan Grup. Usianya terpaut sepuluh tahun dariku. Dia seusia dengan Jung Soo oppa.
Arrrghhh!!! Kenapa di saat seperti ini aku justru teringat padanya? Membuatku semakin ingin melarikan diri dari sini saja dan ingin segera memeluknya. Pikiranku kacau balau sekarang. Bagaimana mungkin aku akan menikah secepat ini dengan orang yang tak kucintai sama sekali?
“Sekarang saatnya bagi putera puteri kami untuk saling bertukar cincin, silahkan Heechul ssi” Kata Appa yang begitu bersemangat menjodohkan aku dengan Heechul.
Sekarang apa lagi? Pertunangan diadakan malam ini juga? Tanpa meminta persetujuan dulu dariku? Lalu bagaimana dengan nasib perasaanku? Apa tidak ada yang memikirkannya sama sekali?
Namja itu melengkah mendekatiku, membawa kotak merah berisi sepasang cincin berlian. Saat ia telah berdiri di hadapanku, ia tersenyum. Mungkin menurutnya itu sebuah senyuman, tapi bagiku itu lebih tampak seperti seringaian. Menjijikan. Ia menungguku mengulurkan tangan untuk menyematkan salah satu cincin itu di jari manisku. Namun tak ada hal lain yang mampu kulakukan selain duduk mematung. Aku cukup shock dengan keputusan sepihak ini, aku ingin berlari sejauh mungkin dari tempat ini. Namun seperti ada kekang yang menahanku untuk tetap berada di tempat ini karena aku tak ingin mempermalukan Appa di hadapan para tamunya. Sepertinya namja aneh itu sudah tidak sabar lagi untuk menyematkan cincin itu di jariku, ia menarik tangan kiriku secara paksa lalu menyematkannya begitu saja di jari manisku. Ia juga menuntun tangan kananku untuk menyematkan cincin yang satunya lagi di jari manisnya.
Air mata merembes di kedua sisi pipiku, berakhirlah sudah kebahagiaanku. Selesai sudah hidupku. Tak ada yang tersisa

***************

               Aku berlari keluar dari gedung restoran setelah acara perjodohan gila itu usai. Tak peduli ada berapa banyak orang yang memanggilku agar aku kembali. Aku ingin berlari sejauh mungkin, meluapkan semua perasaan di dadaku yang campur aduk.Tak peduli sisa-sisa angin musim dingin yang dinginnya begitu menusuk tulang, aku berlari sepanjang trotoar jalan tanpa memperhatikan apapun yang ada di depanku, sampai akhirnya aku terjatuh karena menubruk tubuh seseorang yang berjalan berlawanan arah denganku.
Aku terkesiap begitu menyadari siapa orang yang kutabrak tadi, ternyata Jung Soo oppa.
“Sang Mi ah? Ww waeyo? Waegude?” Jung Soo terlihat begitu khawatir melihat keadaanku yang benar-benar kacau dan penampilanku yang acak-acakan sekarang. Ia memakaikan jaketnya ke kedua bahuku,membantuku untuk bangun, dan membawaku ke sebuah tempat yang membuatku merasa nyaman.

               Ia datang membawakan kopi hangat untukku yang duduk di bangku taman menunggunya. Lalu ia duduk di sebelahku, mengelus pundakku, menenangkanku.

“Sebenarnya apa yang terjadi Sang Mi ah?” Tanya Jung Soo oppa hati-hati.
Belum sempat aku menjelaskan semuanya, air mataku keburu tumpah kembali membanjiri kedua sisi pipiku. Jung Soo oppa mengerti dan memberiku waktu agar aku bisa sedikit lebih tenang lagi, sementara ia memelukku erat, menenggelamkan kepalaku di dada bidangnya.
“Oppa..” Seruku di sela-sela isak tangis dan masih memeluknya.
“Ne..?”
“Kenapa tidak ada yang mengerti perasaanku sama sekali?”
Jung Soo hanya diam, memberi kesempatan padaku untuk terus bicara.
“Tadi appa... appa.. menjodohkanku dengan putera rekan bisnisnya tanpa sepengetahuanku.. Eottokajo oppa?” Aku tak sanggup membendung air mata ini, aku terisak lagi.
“Uljima Sang Mi ah.. uljima.. semuanya akan baik-baik saja . Percayalah padaku.” Jung Soo membelai kepalaku, kembali menenangkanku.
Saat itu aku baru menyadari, Jung Soo oppa tak lagi mengenakan pakaian formal seperti biasanya, ia jiga membawa satu ransel besar. Apa yang telah terjadi sebenarnya? Kenapa semuanya seolah merahasiakannya dariku?
Aku benar-benar ingin memastikan,“Oppa, oppa mau kemana?”


“A a aku.. aku sedang ingin jalan-jalan keluar saja Sang Mi ah...”
“Tidak, aku tahu oppa berbohong. Sebenarnya apa yang terjadi oppa? Apa Appa sengaja memberhentikanmu? Katakan yang sejujurnya oppa!” Desakku.
Jung Soo oppa hanya terdiam dan menunduk.
“Oppa...  terpaksa melakukan semua ini demi kebaikanmu Sang Mi ah”
“Kenapa begini oppa? Itu bukan untuk kebaikanku, tapi ini semua hanya akan menjadi keuntungan bagi Appa. Apa kau juga tega membiarkanku menikah dengan orang yang baru saja kukenal dan tak kucintai sama sekali? Kebahagiaan tak kan datang dengan cara seperi itu oppa!” Aku tak peduli seberapa keras aku bicara sekarang, aku benar-benar kalut dan dilanda kebingunan akan semua hal yang tak kumengerti dan mereka sembunyikan dariku.


“Mungkin seiring berjalannya waktu, nanti  kau juga akan semakin mengenal tunanganmu. Lama-lama kau juga pasti bisa mencintainya sedikit demi sedikit” Kata Jung Soo oppa dengan nada lemah tanpa menatapku.
“Bagaimana bisa begitu? Sementara aku sudah menyimpan hatiku hanya untuk satu namja bernama Park Jung Soo..” Aku menunduk saat mengatakan hal itu, sama sekali tak berani menatap wajahnya.
Ia mendongak dan menatapku tak percaya,hanya memandangku dalam diam, lalu tertunduk lagi. Cukup lama untuk menunggunya kembali angkat bicara.
“Tidak, ini semua tidak benar Sang Mi ah.. bukan begini seharusnya”

To be continued...
Hwuaaa.. Chapter 1 rampung juga deh... Kutunggu RCL-nya yaaa (Read, Comment, Like). Kalau mau kasih kritikan or masukan  juga gak papa kok.. Saya terbuka menerima semua kritik dan masukan..
Hoohohohoo..
Sampai ketemu lagi di next Chapter yaaa.. :-D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar