Kamis, 12 Januari 2012

Super Junior FanFiction [SooMi Couple]: Nae Yejoachinguneun Gynoid/My Girlfriend is Gynoid


Author          : Vinn Li Britannia
Tittle             : Nae Yeojachinguneun Gynoid (My Girlfriend is Gynoid)
Genre           : Romance, fantasy
Rating           : PG-15 (maybe)
Length          : One Shoot
Disclaimer    : Park Jung Soo hanya milik Tuhan, keluarganya, ANGELS dan E.L.F . Tapi hatinya hanya milikku seorang :-P #Digebukin E.L.F rame-rame
Main Cast      : -Leeteuk SUPER JUNIORas Park Jung Soo
                          - Me as Choi Sang Mi
Other Cast     : Yoona SNSD
A/N                : Setelah sekian lama vacum dalam dunia per-FFan selama kurang lebih 3 bulan, akhirnya author Vinn Li Britannia comeback dengan FF One shoot pertama yang telah berhasil kubuat.FF ini 100% murni dari hasil imajinasiku sendiri .  Okedehh, langsung aja, happy reading, cekidooittt..
     


             Saat kecanggihan teknologi  hampir setiap detik menjadi kebutuhan yang sangat penting  dalam kehidupan manusia, maka sesuatu yang tak mungkin bisa saja menjadi mungkin. Mengakibatkan manusia serakah mengklaim dirinya bisa menciptakan sesuatu yang sama persis seperti apa yang diciptakan oleh Tuhan, tak peduli pada kenyataan bahwa mereka telah menentang takdir. Mereka lupa akan adanya Tuhan. Lupa akan adanya persona yang lebih kuat daripada sekedar teknologi canggih. Kecanggihan teknologi bahkan  membuat manusia-manusia serakah itu menjadi sinting akan kehadirannya. Membuat mereka depresi apabila mereka menciptakan sesuatu yang mereka anggap gagal. Seperti halnya Prof. Kim yang mengalami kegagalan dalam misinya menciptakan robot gadis manusia yang sempurna.
Yang tak lain akulah robot gagal itu. Aku adalah gynoid yang diciptakan oleh Prof. Kim yang sangat terobsesi menciptakan gynoid yang memiliki kemiripan seratus persen dengan gadis manusia sungguhan. Aku dirancang khusus untuk dapat bereaksi secara emosional layaknya manusia, mempunyai denyut jantung buatan yang akan berdegup sesuai emosi yang kuluapkan. Itulah sebabnya aku bisa merasakan sedih, bahagia, bahkan jatuh cinta layaknya manusia. Terdapatnya sensor  di mata dan tubuhku membuatku bisa bereaksi saat seseorang menyentuh kulitku. Kulit tubuh robotku terbuat dari teknologi nano berbasis karet, sehingga membuat kulitku sangat mirip dengan kulit manusia yang memungkinkanku dapat merasakan panas dan tekanan lainnya layaknya kulit manusia. Material fleksibel yang menjadi bahan kuklitku ini pun memungkinkanku dapat bergerak dengan lancar, berbicara, berjalan, bahkan melakukan hampir semua aktivitas yang biasa dikerjakan oleh manusia. Dengan menggunakian sistem sensor gerak, aku mampu menggerakkan wajahku menirukan mimik wajah manusia. Sebagai gynoid, kemiripanku dengan manusia sudah hampir mendekati sempurna jika saja kedua kakiku ini mempunyai panjang yang seimbang. Karena salah satu kakiku berukuran lebih kacil daripada kaki yang lain, akhirnya membuatku tak mampu  berjalan dengan normal seperti gadis-gadis manusia pada umumnya. Inilah yang membuat Prof. Kim depresi dan hampir sinting. Ia terus-terusan menyalahkan dirinya sendiri  dan mengutuk keberadaanku. Ia terus menerus menyebutku robot tak berguna, menyebutku proyek gagal. Dan Prof. Kim juga melupakan satu hal, bahwa aku juga gynoid yang mempunyai nurani sebagai robot yang tercipta dari tangan manusia. Bahwa aku juga ingin dihargai seperti halnya manusia, bahwa aku juga ingin hidup layak seperti manusia. Tanpa adanya siksaan, dan tanpa adanya kutukan yang menyakitkan.
Hingga akhirnya kuputuskan untuk melarikan diri saja dari laboratorium yang mengerikan ini sesaat setelah tanpa sengaja aku mendengar rencana Prof. Kim bersama profesor-profesor lain yang dalam waktu dekat akan membumihanguskanku akibat kecacatanku yang mereka anggap hanya akan menyusahkan kehidupan manusia.

             Tersaruk-saruk kulangkahkan kedua kakiku di tengah guyuran air langit yang begitu lebat membasahi bumi. Aku tetap menerobos derasnya air langit yang berjatuhan itu dengan langkah terseret, walau tanpa tujuan pasti aku akan kemana. Kuharap energi robotku tak tiba-tiba habis di saat genting seperti ini. Oh tidak! Kini penglihatanku mulai kabur. Mataku tak bisa melihat benda-benda yang ada di sekelilingku dengan jelas.Lampu kecil penanda daya di titik tengah pergelangan tanganku pun telah menyala merah. Pertanda energi robotku telah menyusut dan akan segera habis.
Tiba-tiba kakiku tersandung sesuatu, membuatku jatuh tersungkur di gundukan benda-benda aneh. Berbau busuk yang sangat menyengat, bertumpuk-tumpuk dalam bungkusan kantong plastik hitam berukuran besar. Susah payah aku berusaha bangkit dari tumpukan benda aneh itu. Belum lagi aku berhasil bangkit, lampu kecil penanda daya di pergelangan tanganku sudah menyala-nyala semakin cepat. Pertanda bahwa penghabisan energiku sudah hampir mencapai klimaks. Kedua kaki dan tanganku sudah benar-benar tak mampu lagi untuk kugerakkan. Eottokhae? Aku takut teronggok sendirian bersama benda-benda aneh itu di sini.
Saat aku sudah putus asa karena tak ada seorang pun yang melihatku tersungkur sendirian di sini, sayup-sayup kudengar derap langkah seseorang yang sepertinya semakin mendekat ke arahku. Mungkinkah itu... itu Prof. Kim? Bagaimana ini?
Berpikiran seperti itu membuat jantungku berdegup sangat cepat karena rasa takut yang tak terkendali. Aku takut jika memang itu Prof. Kim, ia akan memusnahkanku detik ini juga.
Kucoba mendongakkan kepalaku untuk memastikan siapa yang datang itu, tapi hasilnya nihil. Aku sama sekali tak bisa bergerak. Saat aku mencobanya sekali lagi, kegelapan justru menyerangku. Sangat gelap, hitam pekat.

*************

             Aku tak mampu lagi menggerakkan tubuhku, seperti mati.  Anehnya aku merasa seperti berangsur membaik dari kondisi sebelumnya yang benar-benar mati rasa. Aku memang belum bisa menggerakkan tubuhku atau bahkan untuk sekedar membuka mata, tapi aku sudah bisa mendengar dan merasakan apa yang ada di sekelilingku. Sekarang rasanya seperti ada seseorang yang tengah membelai lembut kepalaku dan seperti menggumamkan sesuatu, “Lekaslah pulih”.
Entah keajaiban apa yang sedang menyelimutiku saat ini. Tiba-tiba saja energi di dalam tubuhku serasa terisi kembali,berangsur penuh, prosesnya terasa lebih cepat dari sebelumnya. Spyryt krystal, yeah.. kurasa aku telah mendapatkan spiryt krystal dari seseorang yang sedang membelai kepalaku ini. Tak lama kemudian aku bisa menggerakkan telunjuk kananku. Dan saat aku membuka mata, seseorang langsung menggenggam tanganku dengan wajah yang memancarkan kelegaan dan kegembiraan.
“Akhirnya kau pulih”. Ia tersenyum padaku, senyuman pertama yang kulihat dari wajah seorang manusia setelah sebelumnya aku hanya mampu menangkap tatapan muak dari wajah Prof. Kim dan orang-orangnya saat mereka melihatku.  Senyumannya begitu indah dan menentramkan, kurasa dia orang baik. Ia membantuku untuk bangun. Sementara aku masih terlalu bingung untuk menyadari dimana aku saat ini. Aku meyapukan pandanganku ke sekililing ruangan dimana aku berada, lalu menatap orang yang ada di sekelilingku dengan tatapan tak mengerti.
“Kau sekarang ada di rumahku.  Tenanglah, kau aman berada di sini” Ujarnya sebelum aku sempat bertanya
“Gwaenchanhaseo?” Tanyanya khawatir.
“Umm” Aku mengangguk dengan jawaban sekenanya.
Ia tersenyum lagi  lalu bertanya padaku, “Aku Park Jung Soo. Ngomong-ngomong bolehkah kutahu namamu?”
“Nama?”
Ia mengangguk dan tersenyum “Ne, nama”
“Profesor sering memanggilku dengan sebutan Gyn13, kurasa itu namaku”
“Jadi apakah kau ini gynoid?”
“Ne..”
“OMO. Benar-benar sulit dipercaya, kau bahkan benar-benar sama seperti kami manusia” Ia terkejut.
“Jeongmalyo? Tapi kurasa kau salah Jung Soo ssi, aku tetaplah robot dan selamanya hanya robot yang mempunyai banyak kekurangan dan kelemahan. Jika aku hanya bisa menyusahkan manusia, aku akan kembali dimusnahkan. Betapa menyedihkannya aku” Aku menunduk dan tersenyum  miris.
Menyadari raut wajahku berubah sedih, Jung Soo merasa sangat bersalah dan segera meminta maaf padakku.
“Mianhamnida, jeongmal mianhamnida”
“Gwaenchanhsaeo Jung Soo ssi.. Tak usah dipikirkan. Itu kan bukan salahmu” Aku memaksakan diri untuk tersenyum.
Jung Soo yang baik hati itu akhirnya memberanikan diri untuk bertanya kembali apa yang sebenarnya terjadi padaku semalam sampai aku tersungkur sendirian di tumpukan benda bau yang ia sebut sampah itu.
Panjang lebar akhirnya kuceritakan semua hal tentangku, perlakuan buruk Prof. Kim dan orang-orangnya kepadaku, hingga mengenai rencana mereka untuk mematikan kerja mesin di dalam tubuhku yang membuatku memutuskan untuk kabur dari laboratorium karena aku masih ingin hidup setidaknya sebagai robot cacat dengan keyakinan bisa membantu manusia.
Jung Soo pun akhirnya mengerti dan menyuruhku untuk tinggal saja di rumahnya selama yang aku mau, ia juga berjanji akan melindungiku dari Prof. Kim yang kapan saja bisa menemukan keberadaanku. Betapa beruntungnya aku bertemu dengan seorang manusia yang baik hati seperti Park Jung Soo. Walau aku tahu tak seharusnya aku menyusahkannya seperti ini, tapi ini adalah satu-satunya pilihan yang kumiliki. Jika tak tinggal di sini, di mana lagi aku harus tinggal? Sedangkan aku sama sekali tak tahu jalan dan baru kali ini aku terjun langsung ke dunia luar setelah sebelumnya hanya terkungkung di dalam laboratorium. Aku pun menerima tawaran Jung soo dan bejanji pula untuk membantunya mengerjakan sesuatu yang berguna untuknya semampu yang kubisa. Walaupun Jung Soo sebenarnya tidak setuju dengan perjanjian yang kubuat sepihak, namun pada akhirnya ia pun mengalah asalkan aku tak menolak tawarannya itu.

             Tanpa terasa sudah 8 hari lamanya aku tinggal di rumah Jung Soo. 8 hari menjalani hari-hari bersamanya begitu menyenangkan. Tak pernah lagi ada kesedihan maupun rasa takut yang menghantuiku setiap waktu. Yang ada hanyalah kebahagiaan dan rasa nyaman yang ia berikan padaku di setiap detiknya. Membuat waktu seolah- olah berjalan lebih cepat dari biasanya. Selama 8 hari itu aku memperoleh banyak pengetahuan tentang manusia dan berbagai seluk-beluk yang berkaitan dengannya. Siapa lagi kalau bukan Jung Soo yang dengan telaten dan sabar rela mengajarkan banyak hal kepadaku. Ia mengajariku banyak hal yang ia tahu dengan caranya sendiri yang membuatku cepat mengerti. Bagaimana cara manusia hidup, apa saja dan bagaimana cara mengajarkan aktivitas-aktivitas yang biasa dikerjakan manusia, mengenalkan padaku nama benda-benda yang ada di sekelilingku yang belum kuketahui, dan banyak hal lain yang ia ketahui.
Setelah mendapatkan banyak ilmu dari Jung Soo, baru kusadari ternyata aku mempunyai banyak perbedaan dengan manusia. Manusia makan dan minum untuk tetap bertahan hidup, sementara aku tidak, aku hanya butuh spirit krystal dari seseorang yang kupercaya bisa memunculkannya dengan memberi semangat padaku untuk tetap hidup. Yeoja manusia bisa mengandung dan melahirkan untuk mendapatkan keturunan, sementara aku tidak. Aku tak mempunyai rahim seperti yeoja manusia, karena organ tubuhku hanya berupa mesin. Manusia bisa bertumbuh, semantara aku hanya stagnan, tak kan berubah menjadi tua. Aku sempat sedih memikirkan semua hal itu, namun Jung Soo selalu menguatkan, menghibur dan menyemangatiku serta meyakinkanku bahwa kami masih punya persamaan, yaitu cinta. Manusia bisa mencintai dan dicintai, begitu pula denganku.
“Kita masih punya persamaan, yaitu cinta” Kata-kata itulah yang selalu membuatku mampu bangkit kembali, kata-kata Jung Soo  yang kujadikan pegangan saat aku kembali rapuh.
*************

             Mulai pagi ini hingga 6 hari ke depan, Jung Soo mendapat kesempatan libur dari atasannya karena prestasinya di kantor. Jung Soo bilang selama satu minggu ini ia ingin menghabiskan waktunya bersamaku sembari mengajarkan hal-hal lain yang belum kutahu padaku. Ia juga berjanji padaku akan mengajakku bersenang-senang di luar dengan tetap menjagaku. Park Jung Soo, betapa baiknya kau. Satu-satunya namja terbaik di dunia ini yang pernah kukenal. Mengingat kebaikannya seperti ini, mengingatkanku akan pelajaran kepercayaan dan keyakinan manusia yang pernah ia ajarkan padaku. Bahwa manusia mempunyai keyakinan akan adanya malaikat dan iblis. Kurasa definisinya tentang malaikat yang ia ceritakan padaku waktu itu sangat cocok untuk menggambarkan kepribadiannya. Kepribadian seorang Park Jung Soo yang walaupun tak mempunyai dua sayap putih dengan bulu-bulu halus yang menjulang dari balik punggunya, namun ia memiliki hati yang seputih dan sebaik malaikat. Park Jung Soo, malaikat tanpa sayapku.

             Pagi ini Jung Soo mengajakku ke suatu tempat yang Ia rahasiakan dariku.
“Memangnya kita akan pergi kemana Oppa? Kenapa mataku harus ditutup seperti ini?” Tanyaku penasaran.
“Itu rahasia. Tenang  saja. Nanti Oppa akan membuka penutup matamu saat kita sampai. Arrachi?” Godanya sembari memasangkan seat beltku.
Aku pun mengangguk paham.
Setelah Jung Soo menyalakan mesin mobil, mobil pun melesat meninggalkan  halaman rumah Jung Soo.
Beberapa menit kemudian Jung Soo menghentikan mesin mobil. Mungkin ini pertanda kami telah sampai. Kudengar Jung Soo membuka dan menutup pintu mobil di sebelahnya. Disusul kemudian ia membukakan pintu mobil yang ada di sebelahku. Jung Soo membantuku keluar dari mobil lalu dengan cepat ia menutup pintu mobil. Dengan sangat berhati-hati Jung Soo membantuku berjalan menyusuri sebuah tempat dengan mataku yang masih tertutup.
“Apa kau lelah?” Tanyanya setelah lumayan lama kami berjalan.
 “Anieo Oppa. Apa masih jauh?”
“Sedikit lagi kita sampai” Dapat kutebak ia menjawabnya sembari tersenyum.
Jung Soo mengacak puncak kepalaku lalu membimbingku kembali menyusuri  jalan.

             “Cha! Sudah sampai!” Serunya sambil membuka penutup mata yang masih terikat di kepalaku.
“Tadaaaaaaa!!” Serunya lagi dengan nada yang lebih riang dari sebelumnya.
Saat penutup mata itu terbuka, di hadapanku sudah terhampar pemandangan yang sangat menakjubkan. Kata ‘indah’ saja belum cukup untuk melukiskan apa yang ada di hadapanku saat ini.
Di hadapanku terpampang hamparan benda-benda berwarna hijau yang lapang berbukit-bukit dan ditumbuhi benda-benda berwarna putih yang harum bermekaran.’ Hijau, yang hijau itu rumput yang tumbuh di tanah berbukit. Dan yang putih harum bermekaran itu... bunga Lily. Yah, itu dia. Itulah yang Jung Soo ceritakan padaku tempo hari. Jung Soo juga menunjukkan foto yang sama persis dengan apa yang ada di hadapanku sekarang.’ Pikirku.
“Taman Lily?” Tanyaku ingin memastikan.
Jung Soo hanya mengangguk dan menatapku dengan senyum hangat yang menghiasinya. Senyum khas yang selalu kukagumi. Tanpa aba-aba, Jung Soo menggandeng tanganku, berjalan menyusuri bunga Lily yang indah bermekaran. Aku pun hanya bisa menurut  mengikutinya hingga akhirnya kami sampai di tempat lain di balik bukit. Dimana terdapat sebuah pohon besar dengan bangku taman berwarna biru langit di bawahnya. Jung Soo mengajakku duduk bernaung di sana.
“Apa kau menyukai kejutanku?” Tanyanya yang kini duduk di sebelahku dengan kebiasaannya menatapku dengan tatapan teduhnya.
“Lebih dari itu Oppa, aku sangat sangat sangat bahagia hari ini. Gomawoyo...”
Jung Soo memejamkan matanya, dengan sedikit mendongakkan wajahnya menghadap langit, seakan sedang menikmati rasa nyaman dari alam yang menjadi sahabat kami saat ini. Langit yang cerah dengan udara sejuk, semilir angin yang berhembus pelan menerpa wajah kami, dan pohon yang menaungi kami berdua dari terik.
“Kau akan menerima kejutan yang lebih indah lagi dari ini”  Dengan tetap memejamkan mata, Jung Soo bergumam dengan suaranya yang selembut beledu.
“Jeongmalyo?” Tanyaku sedikit terkejut.
Dia diam saja. Kupikir mungkin Jung Soo tertidur.
Wajah damai dan polosnya ketika tertidur tak pernah membuatku tidak tertarik untuk memperhatikannya barang sedetikpun. Tertidur  seperti ini pun bibir tipisnya masih menyisakan senyuman. Kuamati setiap lekuk wajahnya selagi ia masih tertidur. Manis sekali.
“OMO. Jadi dari tadi Oppa tidak tertidur?”
Tiba-tiba saja Jung Soo membuka sebelah matanya dan tersenyum jahil padaku yang membuatku terkejut.
“Hahahaahaha. Tentu saja tidak, kenapa kau menatapku seperti itu hum?” Kekehnya
“A A Anieo Oppa, hanya saja aku... aku...akhppp” Belum sempat aku yang salah tingkah ini selesai menjawab pertanyaannya,Ia justru melakukan suatu hal yang benar-benar di luar dugaanku.
Apa itu tadi? Inikah yang Jung Soo maksud sebagai hal yang belum kuketahui?
Jung Soo membuat bibir kami cukup lama bersentuhan, Ia mengulumnya dengan lembut, untung saja aku tak bernapas dengan oksigen seperti manusia. Jika iya, mungkin aku sudah kehabisan napas karena berebut oksigen dengan Jung Soo. Jung Soo.... apa yang kau lakukan barusan hingga membuat jantungku berdetak di atas normal seperti ini? Jantungku seperti akan melompat.
“Mianhae...” Jung Soo kini menundukkan kepalanya, terlihat seperti menyesal telah melakukan hal itu. Tidakkah Ia tahu bahwa aku bahagia atas perlakuannya tadi?
“Wae? Kenapa Oppa meminta maaf? Dan.... mmm... yang tadi itu apa Oppa?” Tanyaku berterus terang.
“Mianhae.. tadi aku menciummu tiba-tiba tanpa seizinmu dan ... achhh.. bagaimana cara mengatakannya??” Jung Soo mengacak rambutnya frustasi.
“Memangnya apa?” Tanyaku semakin penasaran.
“Entahlah.. mungkin aku sudah sinting, atau bahkan gila. Tapi memang inilah kenyataanya. Selama tinggal bersamamu, aku merasa nyaman. Dan kenyamanan itu belum pernah kurasakan sebelumnya, aku selalu bahagia jika sedang berada di sampingmu, aku selalu merasa ingin meledak saat aku berhasil membuatmu tersenyum atau tertawa. Kupikir tak ada alasan lain selain hal itu. Dan.. kupikir... kupikir aku... aku...”  Pipi Jung Soo kini telah sewarna dengan tomat yang masak.
“Ya?” Tanyaku singkat yang akan sabar untuk menunggu kelanjutan jawabannya.
“Kupikir... aku.. ak ak aku...aku menyukaimu... Ah tidak tidak!!.. Tapi.. Aku.... Aku menyayangimu. Ah bukan itu juga!! Lebih tepatnya aku... Aku mencintaimu. Sangat menyayangimu”
Susah payah dan dengan terbata-bata Jung Soo akhirnya menyelesaikan jawabannya. Dan jawaban terakhirnya itu hingga kini masih membuatku tercekat dan tak percaya. Bagaimana mungkin seorang namja manusia yang sempurna seperti Jung Soo mencintai gadis robot cacat sepertiku?  Kupikir Jung Soo masih cukup waras untuk memikirkan ulang kata-kata yang diucapkannya barusan.
“Tapi Oppa, bagaimana mungkin kau...”
“Psstttttttt..”
Jung Soo meletakkan telunjuk jarinya di depan bibirku sebelum aku selesai dengan pertanyaanku.Jung Soo menangkupkan kedua telapak tangannya di kedua sisi pipiku dengan sangat hati-hati, seakan wajahku adalah kelopak bunga yang rapuh.
“Jangan katakan lagi bahwa kita berbeda. Perlu kau tahu, bahwa cinta itu tak terbatas dan tak mengenal batasan, tua-muda, rupawan-cacat, sempurna-tidak sempurna, atau bahkan gynoid dengan manusia. Semuanya berhak akan cinta” Ujar  Jung Soo meyakinkanku.
“Sekarang katakanlah terus terang mengenai perasaanmu padaku.. Jebal...” Pintanya.
“Oppa, Oppa selalu menghiasi hari-hariku dengan penuh kasih, kaulah satu-satunya alasanku untuk tetap hidup. Apa kau tahu oppa? Kaulah spirit krystal yang tempoi hari kuceritakan padamu. Kaulah satu-satunya manusia yang mampu memberiku spirit krystal itu, spirit krystal yang menjadi sumber energi untukku. Tanpamu aku bisa mati. Lalu bagaimana mungkin aku tidak jatuh cinta kepadamu?” Racauku tak karuan. Rasanya aku seperti akan menangis walaupun itu mustahil terjadi padaku.
“Apa benar? Apa benar kau juga mencintaiku?”
“Ne, jeongmal”
Mata Jung Soo mulai basah dan mulai berjatuhan kristal-kristal bening yang menyusuri pipinya. Jung Soo lalu mendekapku, memelukku dengan sangat erat. Seperti tak rela jika ada sesuatu yang merenggutku.
 “Terimakasih.. terimakasih kau telah membalas cintaku.. terimakasih.. Naneun jeongmal saranghaeyo..”
“Na do... “
Aku pun balas memeluknya lebih erat. Berharap waktu berhenti sejenak agar moment ini tak berlalu begitu saja.
*************

             “Oppa,Oppa akan membawaku kemana lagi?” Tanyaku penasaran saat Jung Soo mulai mengemudikan setir di hadapannya.
“Aku ingin menikmati senja yang indah bersama yeojachinguku. Jadi bersabarlah sedikit lagi chagiya, hanya sepuluh menit perjalanan kok. Arrachi?”
Jung Soo mencolek hidungku , lalu tersenyum jahil.
“Mmm.. arraseo arraso”
Sepuluh menit kemudian akhirnya kami sampai di tempat tujuan yang Jung Soo maksud. Entah aku juga belum tahu tempat seperti apa lagi yang akan ia jadikan kejutan untukku.
Tiba-tiba saja Jung Soo mnggendongku, dengan kebiasaanya yang senang sekali menatapku dengan tatapan  teduhnya.
“Aku tidak ingin yeojachinguku kelelahan karena kuajak jalan-jalan seharian. Jadi, biarkanlah aku menggendongmu chagi..”
“Tapi.. tapi aku malu Oppa..” Protesku, sementara Jung Soo tetap melangkan sembari menggendongku.
“Haha... Malu? Wae? Lagi pula di sini tak ada siapapun selain kita berdua.. Kau tahu? Ini adalah danau rahasia. Sejak SMA, aku sering sekali menikmati senja sendirian di sini.”
“Jeongmalyo? Danau rahasia? Hanya Oppa yang tahu?”
“Ne danau rahasia, tapi bukan hanya aku saja yang tahu. Karena sekarang ada kau juga yang mengetahui danau ini bukan? Karena kau sudah menjadi bagian dari hidupku, maka kau berhak tahu juga rahasiaku. Karena itulah aku mengajakmu ke sini”
Karena kasyikan mengobrol, aku sampai tidak sadar bahwa kami sudah sampai di tengah jembatan di tengah danau. Aku baru menyadarinya saat Jung Soo menurunkanku dari gendongannya.
Jung Soo merankulku dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya menunjukkan sesuatu yang indah yang belum pernah kulihat sebelumnya, “Chagiya, kau lihat cahaya berwarna jingga itu?”
“Ne Oppa, aku melihatnya. Itu apa?”
“Itu adalah matahari terbenam. Indah bukan?”
“Hmm, sangat indah”
Kami seakan terhanyut oleh keindahan alam yang sedang kami nikmati senja ini. Tenggelam dalam perasaan masing-masing sembari memandang matahari yang mulai beranjak ke peraduannya. Jung Soo membiarkan kepalaku bersandar di bahunya, seraya menggenggam tanganku.
“Chagi, boleh aku bertanya sesuatu?”
“Tentu Oppa. Apa?”
“Sebenarnya aku tidak tega jika harus selalu memanggilmu dengan nama robotmu. Karena itu, bolehkah aku memberikan sebuah nama baru untukmu? Nama yang biasa digunakan manusia tentunya”
“Nama manusia? Benarkah? Tentu saja boleh. Memangnya nama apa yang sudah Oppa siapkan untukku?”
“Choi Sang Mi”
“Nama yang cantik. Aku suka nama itu”
“Benarkah? Uhmmm.. Kalau begitu mulai sekarang kau bukan Gyn13 lagi. Sekarang namamu adalah Choi Sang Mi. Choi Sang Mi milik Park Jung  Soo”
Jung Soo terlihat begitu bahagia saat menatapku, ia lalu mengecup keningku dan mendekapku ke dalam pelukannya. Membenamkan kepalaku di dada bidangnya.
“Sang Mi_ah,aku punya sesuatu untukmu”
“OMO. Kejutan lagi? Aigoo.. kenapa namjachinguku ini suka sekali membuat kejutan?” Aku menepuk-nepuk kedua pipinya pelan.
“Hehe, hanya kejutan yang lebih kecil”
Jung Soo merogoh saku bajunya, kemudian mengeluarkan sesuatu yang bentuknya mirip sesuatu yang bercahaya di langit yang saat ini menggantikan kedudukan matahari yang telah pulang ke peraduan.
“Ini jepit rambut berbentuk bulan sabit yang akan membuatmu tampak lebih cantik jika memakainya. Saat kau memakakainya, kau akan tampak seperti putri bulan. Putri bulan yang hanya milik Park Jung Soo yang beruntung ini.
“Oppa bisa saja” Ujarku malu-malu.
“Kalau begitu, Oppa pakaikan ya..”
Jung Soo memakaikan jepit rambut bulan sabit itu di kepalaku dengan sangat hati-hati.
“Cha. Sudah selesai. Aigoo... Putri bulanku semakin cantik saja” Serunya riang.
“Ah... sepertinya Oppa terlalu berlebihan, Oppa membuatku malu saja”
“Aigoo.. kenapa harus malu? Memang kenyataannya kau cantik kok seperti Putri Bulan..”
“Kalau aku Putri Bulan milik Oppa, berarti Oppa adalah Pangeran Bulan milik Choi Sang Mi. ”
“Ne.. ne..”

Tanpa terasa hari sudah mulai larut, Jung Soo pun akhirnya memutuskan agar kami segera pulang supaya tak kemalaman sampai rumah. Jung Soo menggendongku lagi hanya karena Ia tak ingin melihatku kelelahan.
*************

             Rumah ini begitu sunyi jika Jung Soo belum pulang dari kantornya. Sampai bunyi tik-tok jarum jam pun bisa terdengar begitu jelas. Hanya diam menunggunya pulang lama-lama membuatku bosan, belum lagi tadi pagi Jung Soo berpesan Ia akan pulang larut malam untuk menyelesaikan proyeknya dan menyuruhku untuk tidak menunggunya. Tapi biarlah, aku ingin menunggu dan menyambutnya saat dia pulang seperti biasa. Mmmm.. dari pada hanya berdiam diri dan membuatku bosan, kupikir  tidak ada salahnya jika  aku membuat kejutan untuk Jung Soo.
“Ahaa..!!”
Tiba-tiba terbesit dalam pikiranku untuk membuatkan makanan dan minuman kesukaannya, ramen pedas dan jus Stroberi. Walaupun belum pernah melakukannya, sepertinya itu tak terlalu sulit.  Apalagi Jung Soo juga sudah pernah mengajarkan bagaimana cara membuatnya padaku. Sekarang sudah jam 11 malam, mungkin sebentar lagi Jung akan segera pulang. Sepertinya waktunya akan pas jika aku membuatnya sekarang.
Butuh waktu sekitar 40 menit untuk membuat ramen pedas dan jus Stroberi pertama buatanku, hehe, mungkin bagi manusia itu waktu yang terlalu lama untuk membuat makanan dan minuman semudah itu. Lumayan, setidaknya aku bisa melakukan satu lagi aktivitas manusia, memasak.
Tapi...
Ya ampun... 
Aku baru sadar dapur Jung Soo yang semula rapih sekarang menjadi berantakan seperti kapal pecah. Choi Sang Mi, kau bodoh sekali!
‘Aku harus membersihkannya sebelum Jung Soo  Oppa pulang’ Pikirku.
Tak butuh waktu terlalu lama untuk merapihkan kembali dapur yang tadi kubuat berantakan. Saat aku hendak menaruh lap, bel pintu berbunyi beberapa kali. ‘Ah, akhirnya Jung Soo Oppa pulang’ Batinku.
Tanpa berlama-lama aku langsung menghambur ke arah pintu untuk menyambut Jung Soo. Namun ternyata tebakanku salah. Begitu aku membukakan pintu, tenyata bukan Jung Soo yang ada di hadapanku. Melainkan seorang yeoja cantik bertubuh tinggi semampai yang langsung menyelonong begitu saja sebelum kupersilahkan. Siapa yeoja itu? Apa dia teman Jung Soo?
Yeoja itu melangkah ke dalam rumah dan menyapu pandangannya ke sekeliling ruangan, aku yang tak mengerti apa yang ingin ia lakukan pun hanya mengikutinya dari belakang.
Yeoja itu menghentikan langkahnya lalu berbalik ke arahku.
“Hmmm... ternyata masih sama seperti yang dulu” Tukasnya dengan nada dan senyum sinis.
“Nde?”
“Ow.. jadi kau sama sekali tak mengerti arti ucapanku barusan?”
Sukar sekali bagiku untuk merespon ucapan-ucapan yeoja ini. Sebenarnya apa maksud dari kedatangannya kemari dengan berkata seperti itu?
Ia menyeringai, menetapku dengan tatapan tidak suka dan perlahan mendekatiku.
“Rumah ini, rumah ini masih tetap sama seperti  saat hanya ada aku di hatinya”
“Maksud Nona apa? Mian, tapi aku benar-benar tidak mengerti apa maksud Nona”
Aku merasa ada yang janggal dari setiap ucapannya, apakah ini ada hubungannya dengan Jung Soo?
Yeoja itu bukannya menjawab pertanyaanku, Ia malah balik bertanya padaku.
“Kudengar Jung Soo sudah punya kekasih lagi ya? Apakah kau yeoja yang beruntung itu?”
Lagi? Apa yang Ia maksud dengan lagi? Apakah Jung Soo... Ah tidak tidak, aku tidah boleh berpikiran buruk tentang Jung Soo, aku percaya padanya.
“Benar, aku memang kekasihnya. Kalau boleh tahu, Nona ini siapa? Apakah Nona teman lama Jung Soo Oppa?”
“Aniya, tapi lebih dari sekedar itu” Lagi-lagi yeoja itu tersenyum sinis.
“La.. lalu?”
“Yak! Pabo! Asal kau tahu, aku ini adalah calon istri Jung Soo!! Kau ini bodoh atau apa? Berani-beraninya menjalin hubungan dengan namja yang sebentar lagi akan menikah!”
Yeoja itu membentakku. Bukan karena amarahnya yang membuatku takut, melainkan pada setiap kata dalam ucapannyalah yang membuatku benar-benar hancur. Apakah dia mengatakan hal yang sebenarnya?  Ataukah Jung Soo sedang menguji kesetiaanku melalui yeoja ini? Tapi sepertinya tak ada hal apapun yang yeoja ini sembunyikan, ia sedang benar-benar marah padaku bahkan Ia menatapku dengan garang.
Tembok pertahanan yang kubangun dengan susah payah roboh seketika, hanya tersisa sedikit kekuatan untuk tetap percaya pada Jung Soo. Namun untuk mempercayai apa yang dikatakan yeoja itu pun rasanya masih sangat sulit. Mungkinkah Jung Soo setega itu padaku?
“Me.. menikah?” Ucapku tercekat.
“Ya, menikah. Bahkan kami sudah bertunangan” Jawabnya sembari menunjukkan cincin emas yang melingkar di jari manis kirinya.
Melihat hal itu, jantungku yang meskipun buatan dapat merasakan seperti terkoyak-koyak hingga benar-benar  remuk menjadi debu. Tak ada lagi kekuatan yang tersisa.
“Kau sudah mengerti kan sekarang? Jadi kuharap segera enyahlah kau dari kehidupan calon suamiku Jung Soo!!”

Aku masiih sulit untuk mendengar dan kembali mencerna apa yang diucapkan yeoja itu barusan, juga masih sulit menpercayai bahwa semua itu adalah suatu kebenaran. Aku terlau rapuh untuk bisa menerima semua ini. Tubuhku pun ambruk ke lantai dengan bertumpu pada kedua lutut.
“Satu hal lagi yang hampir kulupakan. Kudengar kau bukan manusia ya? Kau hanya rongsokan gynoid yang Jung Soo pungut di jalan. Cih benar-benar menjijikan. Apa itu benar?”
“Ne, kau benar Nona. Aku memang hanya rongsokan gynoid yang nyaris saja dimusnahkan. Untung saja ada Jung Soo menyelamatkanku hingga aku masih bisa hidup hingga detik ini. Tapi... aku mungkin hanya bisa menyusahkan manusia termasuk Jung Soo dan kau.  Mianhamnida, jeongnal mianhamnida..” Jawabku putus asa. Aku ingin menangis sekarang, walaupun itu tak akan mungkin karena robot tak kan pernah bisa meneteskan air mata.
“Baguslah kalau kau tahu diri. Jadi, mengapa tak sekarang saja kau pergi dari sini? Semakin cepat akan semakin baik bagi kami”
Kami? Mungkinkah Jung Soo juga menginginkan hal ini? Menginginkan agar aku pergi dari kehidupannya  karena selama ini aku hanya menyusahkannya?  Mungkinkah begitu?  Lalu apa artinya Jung Soo mengajariku cinta selama ini? Apa artinya Jung Soo memberiku cinta? Apa artinya janji-janji Jung Soo bila akhirnya harus begini? Semuanya sia-sia. Mungkin memang sebaiknya aku menjauh dan menghilang dari kehidupannya. Rongsokan robot sepertiku tak pantas mendapat cinta dari seorang manusia sempurna sepert Park Jung Soo, apalagi kalau itu sampai mengganggu hubungannya dengan yeoja lain yang lebih dahulu mendapatan cintanya sebelum aku. Terlebih yeoja itu sama-sama manusia sempurna, sama  seperti Jung Soo. Bukannya seonggok robot pinc ang tak berguna sepertiku.
Sempat terlintas dalam pikiranku untuk menunggu Jung Soo pulang untuk meminta penjelasan darinya sebelum aku benar-benar pergi . Tapi sepertinya aku tak cukup kuat untuk melakukannya. Yeoja itu terus menerus memakiku sementara aku hanya membeku, tak bergerak sedikit pun dari tempat dimana aku ambruk.
CUKUP SUDAH!! Aku sudah tak kuat lagi mendengar semua itu.
“Baiklah, aku akan pergi jika itu yang Nona inginkan. Maaf sudah menyusahkanmu. Dan tolong cintai Jung Soo dengan tulus agar Ia hidup dengan baik”
“Yak!! Kalau mau pergi ya pergi saja!! Tak usah menasehatiku segala!! Dasar gynoid pincang!!”
Makian dari yeoja itu masih tetap terdengar saat aku mulai menyeret kakiku keluar dari rumah Jung Soo. Begitu menyakitkan, begitu terhina.
*************

          Jalanan yang kutelusuri begitu sepi. Langit malam yang gelap pekat seakan turut menangisi kemalanganku dengan menurunkan rinai-rinai hujan yang membasahi tubuhku. Energiku berangsur-angsur menyusut seiring keputusasaan dan kekecewaanku yang berlarut-larut.
Sepertinya kabel-kabel mikro di dalam tubuhku sudah hampir tak berfungsi karena aku kekurangan energi, Aku tidak bisa melihat dan mendengar dengan jelas, aku tidak bisa berbicara, dan tidak bisa merasakan apapun.
Butuh tenaga besar untuk menyeret kakiku walau hanya untuk maju selangkah. Suasana dan keadaan ini sama seperti saat aku dan Jung Soo pertama kali bertemu. Bedanya dulu aku masih punya semangat untuk hidup meskipun sudah tak berdaya, tapi sekarang justru sebaliknya. Aku benar-benar ingin mengakhiri hidupku sekarang.
Tekadku untuk menyerahkan diri pada Prof. Kim semakin bulat. Apa gunanya aku hidup jika satu-satunya alasanku untuk hidup telah direnggut orang lain?
Kini aku sudah berada di depan gerbang laboratorum megah milik Prof.Kim, bersiap memasukinya saat tiba-tiba sayup-sayup kudengar seperti ada seseorang yang memanggil nama manusiaku dari arah berlawanan. Mungkinkah itu Jung Soo?
Aku membalikkan badanku yang ringsek ke arah datangnya suara itu. Walauupun samar, aku masih bisa melihat ada seorang namja yang berlari menghampiriku.
Jung Soo. Ya. Itu Park Jung Soo
Ia mencengkeram dan mengguncang bahuku, sangat frustasi, air matanya meleleh bersama air hujan yang turut membasahi wajahnya.
“Sang Mi ah.. kenapa kau seperti ini? Kenapa kau meninggalkan aku begitu saja? Setidaknya kau harus dengar dulu penjelasanku. Jangan begini.... dan sekarang apa? Kau ingin menyerahkan dirimu kembali pada Prof. Kim? Apa kau tidak memikirkan bagaimana sengsaranya aku bikla kau mati hah?” Racau Jung Soo di tengah derasnya hujan yang membasahi kami,
Aku hanya menunduk dan membisu di hadapannya.
“Sang Mi ah.. kumohon dengarkan aku..
Jujur saja. Yoona, yeoja yang menyakitimu. Dia memang tunanganku, calon istriku. Tapi itu dulu. Dulu, sebelum ia sendiri yang meningggalkan aku saat perusahaanku mengalami kebangkrutan. Dulu aku juga memang sempat mengejarnya, tapi itu tak kan terulang lagi setelah apa yang telah dilakuannya padaku. Setelah aku tahu cintanya padaku hanya karena materi, setelah aku tahu cintanya padaku tidak tulus sama sekali. Selebihnya ia hanyalah bagian dari masa laluku yang kelam. Dan aku sama sekali tak ingin lagi menengok ke belakang, mengingat masa lalu kelam itu. Yang ada di hadapanku sekarang hanyalah keinginan untuk menyongsong masa depan yang ingin kujalani bahagia bersamamu. Hanya bersamamu, gynoid yang dapat dengan tulus  mencintaiku. Gynoid yang sangat berharga dalam hidupku. Jadi kumohon kembalilah padaku Choi Sang Mi”
Jadi, semua itu tidak benar? Yeoja itu.. yeoja itu tak mengatakan yang sebenarnya? Jung Soo masih milikku? Benarkah itu? Dia masih Park Jung Soo yang sama, Park Jung Soo yang hanya mencintaiku, Park Jung Soo spirit krystalku.
“Sang Mi ah.. Apa kau bersedia percaya dan kembali lagi padaku?” Jung Soo berlutut di hadapanku, menggenggam kedua tanganku, begitu memohon.
Kini tak ada alasan lain untuk tak pergi darinya, tak ada alasan lain untuk kembali padanya. Karena itu memang sebuah keharusan bagiku. Karena semuanya kini telah jelas, bahwa hanya ada nama Choi Sang Mi di hati ParkJung Soo. Dan aku telah sepenuhnya percaya pada cinta Jung Soo.

             Jung Soo dapat memahami maksudku walau hanya dengan sekali anggukan aku mengiyakan permohonannya. Jung Soo tersenyum sumringah menanggapi jawabanku. Ia bangkit dengan tetap menggenggam tanganku. Ia menatapku dengan tatapan bahagia dan haru yang bercampur menjadi satu, lalu mengangkat daguku dengan punggung telunjuk jemarinya, memperhatikan setiap lekuk wajahku dengan tatapan penuh kekaguman. Sejurus kemudian ia menangkupkan kedua telapak tangannya di kedua sisi pipiku, dengan sangat hati-hati, bagaikan memegang kelopak bunga mawar yang rapuh. Ia mendekatkan wajahnya ke wajahhku hingga wajah kami hanya berjarak beberapa inci, ia memejamkan mata, kemudian mengecup bibirku lembut.  Di tengah rinai-rinai air hujan yang telah berubah menjadi gerimis kecil yang lembut berjatuhan menyentuh kulit siapapun yang tengah  berdiri di bawah langit.
             Cinta memang tak mengenal batasan. Cinta akan mampu menyatukan perbedaan yang ada. Cinta yang tulus akan mampu membuat seseorang yang merasa dirinya  tak berarti apa-apa menjadi sesuatu yang berharga di mata pasangannya. Laksana cintaku dengan Park Jung Soo.

Hwuaaaaaaa.... akhirnya FF One Shootku jadi juga setelah berulang kali gatot dalam menulis FF One Shoot yang seringnya malah jadi FF Chaptered. Tapi yang ini juga kayaknya masih kepanjangan deh kao dilihat dari segi FF One Shoot -_-“ (author pabbo)
Mianhae kalau endingnya gaje, aku memang gak jago bikin ending. Hahahahahahaha XD
Okedeh, saya ucapkan terimakasih buat readers yang udah baca FFku.
 Readers yeorobuuuuuuunnnnnn.... Kutunggu RCLnya ya.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar